Beranda | Artikel
MENGAGUNGKAN AQIDAH YANG BENAR
Minggu, 7 Maret 2021

Sebelum Nabi Muhammad ﷺ diutus oleh Allah عزوجل, manusia hidup dalam kejahiliyahan. Mereka hidup dalam kegelapan berupa kesyirikan dan kebodohan. Khurafat menguasai mereka dan mereka berkutat dalam pertengkaran dan peperangan kabilah. Mereka saling menyandera dan saling membunuh dan hidup dalam keterbelakangan, kebiadaban dan perpecahan. jargon mereka saat itu adalah :

Baragsiapa tidak mampu mempertahankan telaganya dengan senjata, pasti akan dihancurkan,

siapa tidak menzhalimi manusia, dizhalimi

(Kondisi ini terus berlanjut), sampai ketika Allah menampakkan cahaya Islam, maka Allah mengutus RasulNya Muhammad ﷺ untuk menjelaskan kepada manusia, bahwa LAA ILAAHA ILLAH, bahwasanya tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah. Rasul datang membawa tauhid yang merupakan hak Allah atas para hamba dan puncak tujuan penciptaan makhluk. Allah berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu. (QS adz Dzariyaat : 56).

Dengan sebab (tauhid) ini, Allah mengutus para rasul, menurunkan kitab-kitab suci dan dikibarkan panji jihad.

Selama tiga belas tahun Nabi ﷺ di Mekkah berdakwah kepada tauhid, menanamkan benih-benihnya di dalam jiwa manusia dan membangun pondasi dan tiangnya di dalam hati manusia.

 Rasulullah ﷺ juga menancapkan rukun-rukunnya di dalam hati (para sahabatnya, Red.). Sehingga jalan tauhid itu menjadi tampak jelas bagi orang yang hendak menempuhnya dan rambu-rambu jalan itu terlihat jelas bagi orang-orang yang menyukainya. Lalu Allah menangkan al haq (Islam), dan hancurkan pada kebathilan. Cahaya tauhid yang murni menyinari kalbu manusia. Cahaya ini telah membersihkan kalbu itu dari noda dan kotoran syirik.

Nabi ﷺ datang kepada mereka, sementara hati mereka bagaikan bumi tandus, lalu Nabi Muhammad ﷺ datang menyiraminya dengan tauhid yang murni dan menyiraminya dengan mata air keikhlasahan. Sehingga bumi itu pun menjadi hidup, subur dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Kemudian umat Islam menjadi terhormat, setelah sebelumnya menjadi umat yang terhina. Umat ini bersatu padu, setelah sebelumnya berpecah-belah. Mereka menjadi umat yang tak terkalahkan, setelah sebelumnya merasakan kekalahan.

Aqidah ini tetap dalam keadaan bersih dan suci selama beberapa saat, sampai ketika Allah عزوجلmenetapkan takdirnya menjadi kenyataan dan orang-orang yang hatinya belum pernah merasakan tauhid yang murni masuk ke dalam Dien Allah ini, maka terjadilah kerusakan pada masyarakat Islam, jalan-jalan kesesatan memecah belah mereka dan madzhab sesat dan pemikitan rusak merasuki mereka. Juga kesesatan telah menampakkan diri dan tersebar luas kebid’ahan dengan segala keburukannya. Sampai ketika penglihatan mulai kabur, hati naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kaum mukminin mendapatkan ujian dan guncangan yang sangat berat, Allah mentakdirkan salah seorang dari para imam pembawa petunjuk dan tokoh penerang kegelapan bangkit membimbing manusia menuju pelita nubuwah (kenabian) dan benteng keimanan. Imam inimenjelaskan kepada manusia tipuan kebathilan dan menghancurkan syubhat-syubhat para penebar kebathilan dan membimbing manusia kembali ke manhaj (jalan) para salafush shalih.

Sesungguhnya para pakar sejarah umat Islam pasti mengetahui bahwa kemuliaan, ketinggian dan kejayaan umat ini serta ketundukan umat lain padanya terkait erat dengan kemurnian aqidah, kebenaran tawajjuh (ibadah)nya kepada Allah, kejujuran mutaba’ah (mengikuti)nya kepada hadits Nabi ﷺ , berjalannya umat ini di atas jalan para salafush shalih, bersatu pada imam mereka dan berusaha tidak menentangnya.

Sedangkan kelemahan, kehinaan, kerendahan dan keterjajahan umat ini, terkait dengan tersebarnya berbagai macam bid’ah dan perkara-perkara menyimpang dalam dien (agama), bermunculan kesyirikan terhadap Allah, munculnya berbagai firqah[1]firqah (kelompok-kelompok) sesat, sikap membangkang dan memberontak kepada pemimpin.

Penyimpangan aqidah dan menjauh dari manhaj salafush shalih serta tertipu dengan berbagai rayuan pemikiran para tokoh madzhab yang sesat memecah belah umat ini dan melemahkan kekuatannya serta menghancurkan kehebatan mereka. Realita yang ada menjadi saksi atas hal tersebut. Tidak ada jalan keluar dari keterpurukan ini, kecuali dengan kembali kepada dien yang diajarkan Nabi ﷺ , para sahabatnya dan para imam besar, karena tidak mungkin menjadi baik akhir umat ini, kecuali dengan sesuatu yang telah membuat generasi awalnya menjadi baik. Sungguh menyelisihi tauhid yang benar dan benci kepada manhaj salaf menghilangkan keadilan dan menentang akal sehat. Allah berfirman :

لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنٰتِ وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِۚ ࣖ

Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.

(QS al Hadiid : 25).

Keadilan yang paling tinggi adalah tauhid. Tauhid merupakan inti dan tonggak keadilan. Sebaliknya, kezhaliman yang paling berat adalah perbuatan syirik (sebagaimana dijelaskan) Allah (ketika) menceritakan wasiat Luqman kepada anaknya :

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.

(QS Luqman : 13).

Sesungguhnya kebohongan yang paling besar adalah menyekutukan Allah عزوجل, padahal Allah عزوجلtelah menciptakanmu.

Apabila Allah memerintahkan kita melakukan perbaikan dan melarang kerusakan dan perbuatan yang merusak dalam firmannya :

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

Dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya, dan berdoalah kepadaNya dengan rasa khawatir (tidak diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS al A’raaf : 56).

 Maka perbuatan merusak yang paling buruk adalah merusak aqidah, pengetahuan dan pemikiran umat, merampok mereka dari jalan menuju Allah عزوجلdan memalingkan mereka dari fitrah (kesucian) yang diciptakan untuk mereka. Dalam sebuah hadits :

كلُّ مولودٍ يولَدُ على الفطرةِ فأبواه يُهوِّدانِه ويُنصِّرانِه ويُمجِّسانِه

Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci, siap menerima al haq). Lalu kedua orang tuanyalah yang membuat dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.2

Dan ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah ﷺ :

ألا إنَّ رَبِّي أمرني أنْ أُعَلِّمَكُمْ ما جَهِلْتُمْ، ممَّا علَّمَني يوْمِي هذا، كُلُّ مالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حلالٌ، وإنِّي خَلَقْتُ عبادي حُنَفاءَ كُلَّهم، وإنَّهُم أتتْهُمُ الشياطينُ فاجْتَالَتْهُمْ عن دينِهِمْ، وحَرَّمَتْ عليهم ما أحْلَلْتُ لهمْ، وأمرتهُمْ أنْ يُشْركُوا بِي ما لَمْ أُنزِلْ بهِ سُلْطَانًا،

Ingatlah! Sesungguhnya aku diperintahkan oleh Rabb-ku agar mengajarkan kepada kalian apa yang kalian tidak ketahui dari ilmu yang Allah ajarkan kepadaku hari ini. (Allah berfirman), “Semua harta yang aku berikan kepada seorang hamba adalah halal dan aku telah menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hanif (suci, siap menerima hidayah). Namun setan datang kepada mereka, lalu memalingkan mereka dari dien. Setan mengharamkan apa yang Aku halalkan untuk mereka. Dan setan menyuruh mereka mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak Aku idzinkan (perintahkan)…”3

Tidak disangsikan lagi, ini merupakan kezhaliman yang paling zhalim dan paling buruk. Bagaimana tidak? Akibat dari perbuatan ini, mereka akan menuai kerugian di dunia dan akhirat.

Pada masa sekarang ini, saat banyak terjadi perubahan dan dunia berhias menyambut orang yang datang melamarnya, para pengikut hawa nafsu berani memperlihatkan jati diri mereka, dan berbagai bid’ah pun menyebar. Pemikiran-pemikiran sesat orang-orang terdahulu dihidupkan lagi setelah lama terkubur, dan buku-buku mereka dipublikasikan (besar-besaran) setelah lama dilupakan. Pemikiran-pemikiran baru (yang aneh) banyak bermunculan dan jama’ah[1]jama’ah baru menjamur dengan beragam maksud dan arah, berbeda tujuan dan cara yang ditempuh. Setiap kali ada satu jama’ah atau kelompok baru muncul, dia akan mengutuk (mencaci-maki) pendahulunya. Manusia pun berani lancang terhadap ketinggian tauhid dan Sunnah. Para pengekor hawa nafsu ini mengotori pemikiran umat dan merusak aqidahnya dan memberikan opini keremehan masalah syirik pada mereka. Mereka juga kibarkan bendera fitnah, memberontak kepada para penguasa, dan durhaka kepada Rasul setelah nampak jelas bagi mereka petunjuk. Dan mereka tidak mengikuti jalan kaum Muslimin (yaitu para sahabat Nabi ﷺ ).

Di antara yang wajib dikerjakan oleh para ulama yang memiliki ghirah dan para da’i yang mengikuti Sunnah, adalah menjelaskan kepada umat tentang pokok-pokok ajaran dien ini, menjelaskan kepada mereka tentang pedoman manhaj Salaf danmenjelaskan jalan mereka. Mendekatkan kitab-kitab para imam (pada masyarakat) dan memunculkannya dengan cara mengoreksinya, menjelaskan perkataan dan maksud perkataan mereka. Juga memperhatikan aspek tauhid dan metode dalam pembelajaran, ceramah, dan penyusunan kitab. Membimbing para hamba Allah agar mengikuti langkah Nabi ﷺ dan berpegang dengan Sunnahnya serta berjalan di atas jalan para sahabat. Semua ini untuk mentaati firman Allah عزوجل:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Katakanlah: “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, pasti Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran : 31).

Juga untuk mentaati sabda Nabi ﷺ :

أوصيكم بتقوَى اللَّهِ والسَّمعِ والطَّاعةِ وإن كانَ عبدًا حبشيًّا فإنَّهُ من يعِشْ منكم بعدي سيرَى اختلافًا كثيرًا فعليكم بسنَّتي وسنَّةِ الخلفاءِ الرَّاشدينَ المهديِّينَ تمسكوا بها عضُّوا عليها بالنَّواجذِ وإيَّاكم ومحدثاتِ الأمورِ فإنَّ كلَّ محدثةٍ بدعةٌ وكلَّ بدعةٍ ضلالةٌ

Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah عزوجل, mendengar dan taat kepada pemimpin meskipun ia seorang budak Habsyi. Karena, barangsiapa yang hidup (berumur panjang) di antara kalian, dia akan melihat bermacam perselisihan. Maka wajib atas kalian berpegang dengan Sunnahku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Berpegang teguh dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah semua perkara-perkara baru (dalam dien), karena semua yang baru adalah bid’ah dan semua bid’ah itu adalah sesat.4

Inilah shiratul mustaqim (jalan lurus) yang bisa mengantarkan menuju keridlaan Rabb semesta alam. Allah berfirman :

وَاَنَّ هٰذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ ۚوَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهٖ ۗذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

 Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa. (QS al An’am : 153).

Demikian ini pula jalan yang didakwahkan Rasulullah Muhammad ﷺ . Allah berfirman :

قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗعَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَا۠ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗوَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

Katakanlah: “Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.

(QS Yusuf : 108).

Inilah aqidah firqah najiyah yang dikhabarkan Nabi Muhammad ﷺ dengan sabda beliau :

لاَ تَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيْهِمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ

Senantiasa akan ada di antara umatku sekelompok kaum yang melaksanakan perintah Allah عزوجل, mereka tidak terpengaruh oleh orang yang mengucilkan mereka, sampai keputusan Allah datang sementara mereka dalam keadaan seperti itu.5

Kelompok inilah yang masih istiqomah berjalan di atas jalan yang pernah ditempuh oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda :

وإِنَّ بني إسرائيلَ تفرقَتْ على ثنتينِ وسبعينَ مِلَّةً ، وتفْتَرِقُ أمتي على ثلاثٍ وسبعينَ ملَّةً كلُّهم في النارِ إلَّا ملَّةً واحدَةً ، قال – أي عبدالله بن عمرو راو الحديث – من هِيَ يا رسولَ اللهِ ؟ قال : ما أنا عليه وأصحابي

Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya di Neraka, kecuali satu golongan. ‘Abdullah bin Umar sang perawi hadits berkata: “Siapa mereka, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab,”Golongan yang berada di atas jalan yang pernah aku dan sahahabatku tempuh”.6

Dari sini tampak betapa pentingnya memperhatikan masalah aqidah, berusaha mendidik generasi pelanjut agar senantiasa berada di atas aqidah ini, meluruskan semangat agar tidak terpecah-belah sehingga tersesat dalam kubangan nafsu dan fitnah.

 

Footnote: 


  • Diterjemahkan oleh redaksi dari majalah Al Ashalah edisi 48, hlm. 28-31. Syaikh Shalih Abdul Aziz Aalu Syaikh adalah ulama dari Saudi Arabia, yang masih termasuk keturunan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, dan sekarang beliau menjabat sebagai Menteri Wakaf dan Dakwah Islam, KSA
  • HR Imam Muslim. Lafadz ini riwayat Bukhari, no. 1385. Adapun riwayat Muslim sedikit berbeda, namun maknanya sama, (red).
  • HR Muslim
  • HR Abu Daud
  • HR Imam Bukhari no. 3641
  • HR Imam Tirmidzi

Majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun IX/1427H/2006M


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/artikel/mengagungkan-aqidah-yang-benar/